Mbah Sehah adalah salah satu tokoh dari pasukan diponegoro. Saat
pangeran diponegoro kalah karena siasat licik belanda, para pimpinan pasukan
menyebar ke segala penjuru untuk menghindari penangkapan oleh belanda dan antek-anteknya,
serta untuk menyusun kekuatan. Sebagai tanda rahasia antar pasukan yang
menyebar seantero jawa, mereka membuat kode tertentu agar tidak diketahui
belanda dan mata-matanya. Kode tersebut adalah tanaman sawo di depan rumah.
Sehingga jaringan pasukan diponegoro akan mudah mengenali satu dengan yang
lain.
Untuk itu, ketika Mbah Sehah ke jombang, beliau menanam pohon kecik
atau sawo. Bahkan anak turunnya Mbah Sehah juga di depan rumah. Di dekat menara
masjid tambakberas, kiai anshori sehah dulunya banyak pohon sawo.
Mbah Sehah dalam kesehariannya lebih banyak melakukan tirakat atau riyadloh.
Lelaku tersebut selain untuk mendekatkan diri kepada Allah, juga berguna
untuk olah jiwa dan olah keprihatinan agar tangguh. Hal itu bisa dibuktikan kalau
malam hari beliau jarang tidur. Beliau lebih suka pergi ke sungai dan naik ke
atas pohon yang dekat sungai itu. Salah satu tujuannya adalah apabila
mengantuk, langsung jatuh ke sungai. Dengan cara demikian, tentu Mbah Sehah
harus lebih waspada agar tidak mengantuk ketika uzlah.
Tidak hanya lelakon di atas, Mbah Sehah juga menggembleng
dan melatih perutnya agar tidak mudah gemar makanan. Caranya adalah apabila mau
dahar untuk mengisi perutnya, maka makanan tersebut dicampuri kerikil
kecil. Sehingga ketika dahar (makan), harus telaten dan sabar memilah dan
memilih makanan yang bercampur kerikil. Tentu ini salah satu tujuannya agar
tidak terlalu suka makan dan akhirnya bisa mengendalikan nafsu. Siapa pun yang
disuguhi makanan enak, tapi dicampur kerikil, pasti nafsunya berkurang.
Andaikan lapar yang sangat, pasti makannya harus sabar dan tidak akan bisa
banyak.
Sangat mungkin karena lelakonnya tersebut, Mbah Sehah mempunyai
kesaktian seperti suaranya bak halilintar bagi musuhnya. Sehingga kompeni
belanda yang bersikap tidak sopan di depan ndalem Mbah Sehah, dia tewas setelah
dibentak oleh Mbah Sehah.
Selain itu, Mbah Sehah juga sering didatangi jin, dan mempunyai
santri jin. Kono suatu saat Mbah Sehah ditawari pergi haji dengan kendaraan
jin. Saat di tengah laut, ternyata jin tersebut punya niat jelek. Maklum jin
layaknya manusia, ada yang baik, ada yang jelek, ada yang berpura pura baik,
ada juga yang awalnya berniat baik, tapi di tengah perjalanan berubah pikiran.
Saat Mbah Sehah dengan berkendara jin sedang berada di tengah
lautan, si jin mau menjatuhkan beliau ke dalam laut. Namun karena Mbah Sehah
adalah pendekar pilih tanding yang sudah biasa olah batin, jin tersebut tidak
mampu menjatuhkan Mbah Sehah.
Nilai pelajaran yang bisa dipetik adalah, kapanpun, dan dimanapun,
olah diri untuk menempa mental dan jiwa kita supaya tangguh adalah selalu
diperlukan. Adapun caranya bisa beragam. Di pondok banyak cara untuk menempa
jiwa tersebut. Pribadi yang kuat jiwa dan mentalnya itulah yang akan sukses
dalam menjalani hidup.
Sumber : Buku Sejarah Tambakberas
Hal. 3