Beliau adalah
putra dari KH. Syamsuddin. Kalau merujuk kepada riwayat silsilah dari mbah
munir Kediri, KH. Syamsuddin adalah putra dari kiai nur kholifah bin kiai
Husain bin kiai abdul jalil bin kiai zainuddin bin kiai isa bin kiai abdul
wahid bin kiai sholeh bin kiai Abdurrahman atau sultan pajang. Di sultan pajang
ini, silsilah kiai said bertemu dengan silsilah istrinya, nyai Fatimah
Kiai said
semasa mudanya nyantri ke kiai sehah. Kiai sehah adalah perintis pesantren,
yang kemudian hari dikenal dengan nama Tambakberas. Beliau mempunyai sepuluh
anak, empat perempuan dan enam laki laki (layyinah, Fatimah, abu syakur, abu
bakar, marfu’ah, hamimah, ali mustahal, fatawi, dan ma’un). Putrid kiai sehah
bernama Fatimah dinikahkan dengan sa’id (Mbah said). Sedang saudari kandung dari
Fatimah yang bernama layyinah dinikahkan dengan santri mbah sehah yang lain,
yakni usman (mbah usman).
Mbah said
mengembangkan pondoknya ke sebelah selatan sekitar 200 meter dari pondok
selawe-nya mbah sehah (ngGedang njero). Atau di sebelah barat sekitar 150 meter
dari pondok mbah usman (ngGedang njobo). Masyarakat menyebut lokasi pondok mbah
said ini dengan ngGedang kulon. Setelah mbah usman wafat, santri yang tidak
ikut ke desa keras diboyong ke pesantren mbah said. Kemudian hari pesantren
mbah said ini disebut Tambakberas.
Penamaan
Tambakberas terjadi pada masa mbah hasbulloh. Menurut cerita yang berkembang di
masyarakat, pada masa mbah hasbullah (putra mbah said), beliau selain kiai juga
berprofesi sebagai petani. Beliau dikenal kaya raya dengan sawah yang luas dan
otomatis menghasilkan padi dan beras yang banyak melimpah layaknya tambak yang
luas. Karena alas an itulah lokasi pondok dan sekitarnya disebut Tambakberas.
Di lokasi
inilah akhirnya pondok tambakberas berkembang sampai sekarang. Ndalem kesepuhan
yang ditempati mbah said hingga saat ini masih berdiri kokoh, tentu ada
beberapa perbaikan karena au salami, terutama pada masa mbah hasbullah putra
mbah said. Rumah tersebut berada persis sebelah utara masjid, sebelah barat
dari ndalem mbah said ini adalah ndalemnya mbah wahab.
Setelah mbah
said wafat, tongkat estafet pondok dilanjutkan oleh putranya yang bernama kiai
hasbullah. Kiai hasbullah inilah yang kemudian membangun masjid jami’ tambakberas.
Dalam cerita
yang berkembang di keluarga dan santri senior tambakberas, pondok yang dikelola
mbah said ini disebut pondok syariat karena materi fikih dan sejenisnya lebih
dominan diajarkan kepada para santri. Hal ini berbeda dengan pondok mbah usman
yang lebih dikenal sebagai pondok tarekat.
Tiga situs
pondok yang berdekatan jaraknya (ngGedang njero, ngGedang njobo, ngGedang
kulon) yang dirintis oleh mbah sehah dan anak turunnya, untuk saat ini masih
dijadikan tempat penggemblengan santri adalah pondok ngGedang kulon atau yang
dikenal dengan pondok tambakberas, dan pada masa mbah wahab diberi nama bahrul
ulum.
Sedang pondok
ngGedang njero untuk saat ini yang tertinggal adalah situs makam mbah sehah,
mbah said, mbah hasbullah, mbah wahab, mbah abdurrahim dan masyayikh serta para
ibu nyai tambakberas yang sudah wafat. Untuk pondok ngGedang njobo, situs yang
tertinggal adalah makam mbah usman dan masjidnya
Sumber : Buku Sejarah Tambakberas