Halaman

    Social Items

Search and Buy other Templates on IDNTHEME


Unit Pendidikan :


  1. MI Bahrul Ulum
  2. MTsN Tambakberas Jombang
  3. MTs Plus Bahrul Ulum
  4. MTs Fattah Hasyim
  5. MTs Muallimin Muallimat
  6. SMP Bahrul Ulum
  7. MAN Tambakberas
  8. MA Bahrul Ulum
  9. MAU Wahab Chasbullah
  10. MA Muallimin Muallimat
  11. MA Al-I'dadiyyah Bahrul Ulum
  12. MA Fattah Hasyim
  13. SMK TI An Najiyah Bahrul Ulum
  14. SMK Kreatif Chasbullah Bahrul Ulum
  15. SMA Bahrul Ulum
  16. Universitas Wahab Chasbullah
  17. Institut Agama Islam Bani Fattah
  18. Stikes An Najiyah Bahrul Ulum

Unit Pendidikan Pondok Pesantren Bahrul Ulum


Rabu, 07 Maret 2018 – Forum bahtsul Masail atau pembahasan sebuah persoalan yang mendasarkan pada kitab kitab rujukan ulama klasik atau kitab kitab kuning menjadi tradisi Nahdlatul Ulama (NU) sejak lama. Bahkan, bahtsul masail yang membahas berbagai permasalahankehidupan telah mewarnai
jalannya kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dalam hal ini, PP Barul Ulum turut berpartisipasi dalam pelaksanaan Bahtsul Masail Se-Jawa Madura oleh Forum Musyawarah Pondok Pesantren (FMPP)

Bahtsul masail dilaksanakan 2 hari, mulai dari 07 Sampai 08 Maret 2018. Acara tersebut diikuti oleh perwakilan lebih dari 100 pondok pesantren se-jawa Madura

Acara dibuka ba’da ashar di jerambah masjid jami’ pondok pesantren bahrul ulum, dan dihadiri oleh gawagus dan seluruh peserta. acara dimulai dengan pembukaan, yang kemudian dilanjutkan dengan lantunan kalam ilahi oleh Bapak Aminuddin Al Hafidz, dilanjut dengan sambutan dari pengurus FBMPP, Bapak Agus Muhammad Ibrohim Ahmad Hafidz. Kemudian sambutan dari tuan rumah bahtsul masail, yang disampaikan oleh ketua umum yayasan PP Bahrul Ulum, Agus H. Wafiyul Ahdi

Menginjak acara selanjutnya, yakni mauidhoh hasanah, pembukaan bahtsul masail, sekaligus doa. Yang disampaikan oleh Romo Yai Anwar Iskandar

Bahtsul Masail kali ini terbagi menjadi 3 majlis. Majlis yang pertama atau komisi A bertempat di Jerambah Masjid Jami’. Majlis yang kedua atau komisi B bertempat di Aula PP Bahrul Ulum. Majlis yang ketiga atau komisi C bertempat di Aula Yayasan PP Bahrul Ulum.

Video : FMPP XXXII seJawa Madura 2018 || Pondok Pesantren Bahrul 'Ulum






Bahrul Ulum Selenggarakan Bahtsul Masail Se-Jawa Madura

Jajaran Pengasuh

Penampilan Drama

Penampilan PP Bahrul Ulum Putra

Penampilan Kirab

Jajaran Pengasuh Bersama Panitia

Penampilan Kirab

Penampilan Orda

Antusias Santri

Pengibaran Bendera Merah Putih

Penampilan Orda
Penampilan Kirab
Penampilan Kirab
Penampilan Kirab
Jajaran Pengurus Yayasan
Penampilan Pagar Nusa
Penampilan 
Penampilan PP Bahrul Ulum
Penampilan PP Bahrul Ulum
Penampilan Orda
Penampilan Orda
Bendera Humapon 2018
Ketua Majelis Pengasuh Dan Ketua Umum Yayasan

Serba Serbi OC HUMAPON 2018




لاَ تَجْعَلْ العَادَةَ تَحْكُمُكَ، بَلْ أَنْتَ تَحْكُمُ العَادَةَ

“Jangan biarkan dirimu (dibelenggu dan) diatur oleh adat kebiasaan (yang berlaku dan berlawanan dengan syari’at), tetapi sebaliknya, justeru dirimulah yang harus mengatur adat kebiasaan itu”,
kurang lebihnya demikian pesan Sayid Muhammad bin Alawi al Maliki al Makki kepada santri-santrinya.

Al Imam Al Baihaqi, dalam kitabnya “As Sunan Al Kubra”, meriwayatkan sebagai berikut:

عَنِ الْمُنْذِرِ بْنِ جَرِيرٍ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: كُنْتُ جَالِسًا عَندَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَتَاهُ قَوْمٌ مُجْتَابِي النِّمَارِ مُتَقَلِّدِي السُّيُوفِ وَلَيْسَ عَلَيْهِمْ آزُرٌ وَلا شَيْءَ غَيْرَهَا، عَامَّتُهُمْ مِنْ مُضَرَ، بَلْ كُلُّهُمْ مِنْ مُضَرَ. فَلَمَّا رَأَى رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الَّذِي بِهِمْ مِنَ الْجَهْدِ وَالْعُرَى وَالْجُوعِ تَغَيَّرَ وَجْهُهُ، ثُمَّ قَامَ فَدَخَلَ بَيْتَهُ ثُمَّ رَاحَ إِلَى الْمَسْجِدِ فَصَلَّى الظُّهْرَ ثُمَّ صَعِدَ مِنْبَرَهُ مِنْبَرًا صَغِيرًا، فَحَمِدَ اللهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ، 

Dari Mundzir bin Jarir, dari ayahnya (Jarir bin Abadullah), ia berkata: “Saat itu, aku duduk disisi Nabi Saw, lalu datanglah suatu kaum yang mengenakan pakaian “an Nimar”, sejenis pakaian dari woll, menyangklungkan pedangnya dan mereka tidak mengenakan sarung dan yang lainnya.

kebanyakan mereka, bahkan kesemuanya berasal dari suku Mudlor. Ketika Rasulullah Saw melihat kondisi mereka yang sengsara, tidak mengenakan pakaian dan kelaparan, maka nampak perubahan diwajah beliau. Lalu beliau berdiri masuk kedalam rumah. Kemudian beliau pergi menuju Masjid, lalu shalat Dhuhur. Kemudian, setelah selesai shalat dhuhur, beliau naik keatas Mimbar yang kecil. Lalu beliau memuji Allah Swt dan menyanjung-Nya.

ثُمَّ قَالَ: ((أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ أَنْزَلَ فِي كِتَابِهِ: {يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ} إِلَى قَوْلِهِ: {رَقِيبًا} [النساء: 1]. {اتَّقُوا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ} إِلَى قَوْلِهِ: {هُمُ الْفَائِزُونَ} [الحشر: 18- 20]. تَصَدَّقُوا قَبَلَ أَنْ لاَ تَصَدَّقُوا، تَصَدَّقُوا قَبَلَ أَنْ يُحَالَ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ الصَّدَقَةِ، تَصَدَّقَ امْرُؤٌ مِنْ دِينَارِهِ، مِنْ دِرْهَمِهِ، مِنْ بُرِّهِ، مِنْ شَعِيرِهِ، وَلا يَحْقِرَنَّ أَحَدُكُمْ شَيْئًا مِنَ الصَّدَقَةِ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ)).

Kemudian beliau bersabda: “Amma ba’du, maka sesungguhnya Allah A’zza Wa Jalla berfirman dalam kitab-Nya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” [QS. an Nisa: 1]

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang fasik. Tidaklah sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga; penghuni-penghuni surga Itulah orang-orang yang beruntung.” [QS. al Hasyr: 18-20]

Bersedekahlah sebelum (tidak adanya kesempatan untuk) bersedekah, bersedekahlah sebelum adanya penghalang antara kalian dan sedekah. (pada saat itu, baru) ada seseorang (mau) menyedekahkan dinarnya, dirhamnya dan gandumnya (padahal sudah bukan waktunya bersedekah). Dan janganlah ada diantara kalian yang meremehkan sedekah, meskipun berupa sebutir kurma”.

فَقَامَ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ بِصُرَّةٍ فِي كَفِّهِ، فَنَاوَلَهَا رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهُوَ عَلَى مِنْبَرِهِ، فَقَبَضَهَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعْرَفُ السُّرُورُ فِي وَجْهِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، 

Setelah mendengar khutbah baginda Rasul Saw yang demikian ini, maka berdirilah seorang lelaki dari sahabat Anshar dengan membawa pundi (berisi mata uang) ditelapak tangannya, lalu ia serahkan pundi itu kepada Rasulillah Saw yang masih berdiri diatas Mimbar. Pundi itu beliau terima dengan kegembiraan yang nampak dari wajahnya.

وَقَالَ: "مَنْ سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً فَعَمِلَ بِهَا كَانَ لَهُ أَجْرُهَا وَمِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا لاَ يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ , وَمَنْ سَنَّ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعَمِلَ بِهَا كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَمِثْلُ وِزْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ".

Dan Rasulullah Saw bersabda: “Barang siapa yang memulai (membuat, menciptakan atau mengatur suatu adat) kebiasaan yang baik (dalam Islam) lalu kebiasaan itu ia lakukan (dan juga dilakukan dan dilestarikan oleh generasi setelahnya), maka baginya adalah pahala (dari kebaikan yang ia lakukan) dan pahala seperti pahalanya orang-orang setelahnya yang melakukan (sunah baik itu) tanpa sedikitpun mengurangi pahala mereka. Dan barang siapa membuat (memulai suatu adat) kebiasaan yang buruk, lalu ia melakukannya, maka baginya dosa (dari keburukan yang ia lakukan) dan dosa seperti dosanya orang-orang yang melakukan (sunah buruk itu) setelahnya tanpa mengurangi sedikitpun dosa mereka”.

فَقَامَ النَّاسُ فَتَفَرَّقُوا فَمِنْ ذِي دِينَارٍ، وَمِنْ ذِي دِرْهَمٍ، وَمِنْ ذِي وَمِنْ ذِي، قَالَ: فَاجْتَمَعَ فَقَسَمَهُ بَيْنَهُمْ.

Kemudian para sahabat bangkit berdiri berpencar-pencar, (setelah itu, mereka datang kembali dengan membawa) dinar, dirham dan yang lainnya kemudian semuanya dikumpulkan, lalu dibagikan diantara mereka.

Demikianlah baginda Rasul Saw memberi contoh kepada kita, umat Muhammad dalam memulai, menciptakan dan mengatur suatu adat kebiasaan (tradisi) yang baik. Adat kebiasaan yang baik bisa berupa sedekah, dzikir, tahmid dan yang lainnya. sehingga terciptalah suatu kebiasaan berupa kebaikan yang bisa mewarnai kita, umat Muhammad dalam hidup beragama, berbangsa dan bernegara. Bukan malah sebaliknya, mengikuti adat kebiasaan yang tidak baik dan menyimpang dari syari’at Islam. Adat kebiasaan yang menghambur-hamburkan harta tanpa guna, bersenang-senang yang tidak pernah berujung, mengumbar nafsu yang memang karakternya adalah selalu mengajak dan menyeret kepada ketidak baikan.

Jika ini yang terjadi, bahkan pasti terjadi, maka benar dan nyata apa yang telah disabdakan baginda Rasul Saw sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahihnya sebagai berikut:

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ((لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ، شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ، حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِي جُحْرِ ضَبٍّ لاتَّبَعْتُمُوهُمْ)) قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى؟ قَالَ: ((فَمَنْ)).

Dari Abu Sa’id al Khudri, ia berkata, Rasulullah Saw bersabda: “Sungguh, kelak kalian akan mengikuti kebiasaan (adat istiadat atau tradisi) orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejenkal dan sehasta demi sehasta, sehingga sekiranya mereka masuk kedalam lubang biawak pun kalian (pasti) akan mengikuti mereka”. Kita, para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah mereka itu orang-orang Yahudi dan Nashrani?”. Beliau menjawab: “Kalau bukan mereka, siapa lagi yang aku maksudkan?.

Nah, malam ini banyak masyarakat yang tinggal di kota, bahkan cepat atau lambat pasti merambat kepada masyarakat yang ada di desa, kita akan sama-sama melihat dan menyaksikan, baik secara langsung maupun hanya melalui berbagai media, bagaimana cara dan adat kebiasaan yang mereka lakukan dalam menyambut datangnya tahun baru 2015. Sesuai dengan yang dipredeksi Baginda Rasul Saw lima belas abad yang lalu apakah tidak?. Terserah kita dan juga anda melihat dan menilainya. Toh nantinya yang bertanggung jawab adalah kita dan juga anda yang melakukannya. Semoga kita dan juga anda semuanya selalu dalam bimbingan-Nya. Selalu diberi taufiq dan kemampuan untuk bisa membedakan antara adat kebiasaan dan tradisi yang baik dan yang buruk. Amin. Wallahu a’lam bisshawam.

Ciptakan, Lakukan Dan Lestarikan Adat Kebiasaan Yang Baik.

KH. Moch. Nadjib Abdul Wahab dilahirkan di desa tambakberas pada bulan 9 september 1927 (berdasarkan data passport). Beliau merupakan putra ketiga dari KH. Abdul Wahab Chasbullah. Sebagai seorang anak yang dilahirkan di lingkungan pesantren, sejak kecil beliau sudah terbiasa dengan pendidikan al quran dan beberapa kitab yang diajarkan di dunia pesantren, melalui madrasah mubdil fan.

Beliau mempelajari sedikit demi sedikit kitab-kitab yang biasa dikaji oleh para santri di pesantren tambakberas. Jenjang demi jenjang pun ditapaki dengan semangat tinggi, mulai dari fathul qorib, fathul wahab, ushul fiqh dan bahasa arab adalah beberapa kitab yang beliau pelajari saat itu dengan dibawah bimbingan langsung KH. Abdul Wahab Hasbullah yang merupakan ayahanda beliau, dan KH. Nawawi, Kiai Husni, Kiai Abdurrohman. Dengan kesabaran beliau mampu melahap semua keterangan dan penjelasan yang disampaikan.

Setelah sekian tahun belajar dan menekuni kitab dipesantren tambakberas dengan bimbingan para kiai, muncullah hasrat beliau untuk mengembangkan pengetahuannya, atas restu ayahandanya akhirnya beliau berangkat ke pesantren tebuireng, nyantri dan belajar pada hadratussyekh KH. Hasyim Asyari. Di pesantren ini beliau menimba ilmu hadits, tafsir selama empat tahun dibawah bimbingan langsung mbah hasyim. Setelah empat tahun di tebuireng dengan restu mbah hasyim pula, beliau melanjutkan pengembaraannya ke kota Kediri, di pesantren lirboyo dibawah bimbingan KH. Abdul Manaf (Mbah karim). Di pesantren ini beliau mengaji dan menggali ilmu tasawuf dan ilmu-ilmu lainnya selama dua tahun. Untuk menghilangkan dahaga keilmuannya, serta dengan seizing mbah manaf, beliau, beliau meneruskan nyantri di pesantren langitan Tuban, dilanjutkan ke pesantren pabelan magelang, kemudian ke pesantren karang ampel Cirebon.

Lebih dari itu, beliau juga nyantri kilatan di beberapa pesantren lainnya. bertahun-tahun beliau keliling dari pesantren ke pesantren, disamping menimba ilmu beliau juga ingin memperbanyak guru dan ngalap barokah dari para kiai.

Pada tahun 1961, beliau kembali ke indonesia setelah menuntaskan masa belajar di al azhar selama 5 tahun dan berhasil menjadi mahasiswa dengan predikat lulus sempurna serta mendapatkan gelar LML. Karena kecerdana serta keaktifan beliau di organisasi ketika di semarang maupun saat di mesir pada akhirnya mengantarkan beliau sebagai aktifis NU dalam dunia politik yang diperhitungkan. Setelah menetap di indonesia, di sela-sela aktif menggeluti dunia organisasi dan politik, pada tahun 1936 saat usia beliau 36 tahun, beliau menikah mendapatkan gadis pekalongan bernama salmah hayati binti ahmad zahid.

Sisi lain perjalanan organisasi beliau terus berlanjut dan semakin menguat, terbukti dengan terpilihnya beliau sebagai anggota DPR-GR pada tahun 1962, dan anggota MPR pada tahun 1971.

Pada tahun 1977 setelah meninggalnya KH. Abdul Fattah Hasyim beliau kembali ke tambakberas untuk mengabdi serta memimpin pesantren tambakberas, dalam pengabdiannya beliau berupaya meningkatkan mutu dan kualitas santri juga pesantren tambakberas. System keorganisasian pun tak luput dari perhatian beliau. Struktur kepengurusan pesantren termasuk yang mulai ditata, sejak saat itu muncullah istilah rois khos (ketua komplek), corps dakwah, pengajian sentral malam selasa, struktur ta’mir masjid. Dalam kepemimpinannya  pula dirintislah Akademi Bahasa Asing (ABA) yang merupakan cikal bakal Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI). Meskipun berada di tambakberas, kiprah beliau dalam organisasi NU masih terus berjalan. Jika dulu perjalanan organisasi beliau ada di wilayah jawa tengah dan Jakarta, kini bergeser ke jawa timur.

Mungkin karena perjalanan beliau ke berbagai daerah ini, nama tambakberas makin memasyarakat. Sehingga jumlah santri yang semula berkisar di angka 150 untuk al lathifiyyah, 250 untuk al fathimiyyah, serta 350 bermukim di induk melonjak jumlahnya hingga mencapai ribuan. Masa kiai nadjib ini pula mulai berkembang ribath-ribath baru untuk menampung santri yang makin meluber.

Begitu aktif beliau terlibat di berbagai kegiatan dan organisasi, sampai pada hari jum’at tanggal 16 oktober 1987, sehari setelah memimpin rapat gabungan harian tanfidziyah-syuriah NU jawa timur di kantor NU di Surabaya dan turba ke pasuruan, beliau jatuh sakit karena keletihan dan kesehatannya mulai berkurang, sempat sehari dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Di jombang. Tepat pukul 10.30 pada pagi hari selasa tanggal 20 oktober 1987 kesehatan beliau tidak tertolong lagi, beliau menghembuskan nafas terakhirnya pada usia 60 tahun, innalillahi wa inna ilaihi raji’un.

KH Moch Nadjib Abdul Wahab (Pengasuh Ke-enam)

Tambakberas Sabtu, 10 Februari 2018

Opening ceremony merupakan event selalu diselenggarakan setiap tahun yang merupakan ajang yang paling ditunggu-tunggu oleh para santri. Karena event inilah yang menjadi ajang kreatifitas para santri di Pondok Pesantren  Bahrul Ulum. Begitu juga pada tahun ini (10/02/2018) panitia Humapon 2018 menyelenggarakan Opening Ceremony Alhaflatul Kubro dalam rangka ulang tahun pondok pesantren yang ke-193 dan madrasah yang ke-103 berlangsung dengan khidmat dan meriah.

Dalam Opening Ceremony yang mengangkat tema "Peradaban Islam Dunia" ada beberapa cabang lomba yang di ikuti; Kirab yang pesertanya dari perwakilan pondok pesantren mempersembahkan bebagai cerita dari berbagai negeri di belahan dunia; mulai eropa, timur tengah, dan asia bahkan benua amerika. Lomba madrasahku dari seluruh unit formal dibawah naungan yayasan PPBU dan lomba balon hias yang diikuti oleh Organisasi daerahh yang eksis di Pondok Pesantren Bahrul Ulum.

Sambutan yang disampaikan oleh Ketum Yayasan; Agus H. Wafiyul Ahdi yang akrab disapa Gus Wafi mengajak para santri untuk meneladani para masyayikh dan muassis Bahrul Ulum "Marilah kita dengan semangat mengisi kegiatan-kegiatan positif di pesantren sebagai langkah Izzul Islam wal Muslimin, sekalian juga mengisi peradaban islam indonesia sebagai bagian peradaban islam dunia"

Sebelum mengakhiri, beliau mengajak seluruh santri untuk meneriakkan yel-yel " Ketika saya mengatakan Bahrul Ulum, kalian jawab jaya. Kemudian ketika Humapon, kalian jawab Keren begitu ya". Bahrul Ulum, jaya! Humapon, keren! menggema di Lapangan Untung Suropati.

Kiai Hasib sebagai Ketua Majlis Pengasuh juga menyampaikan pentingnya pemahaman mengenai esensi santri bahrul ulum yakni mengenai trilogi Bahrul Ulum "Jadi santri Bahrul Ulum harus Berilmu, beramal, bertaqwa"

Opening Ceremony tersebut dihadiri oleh seluruh majlis pengasuh, pengurus yayasan serta para dewan guru dan karyawan unit formal dibawah naungan yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum. Kegiatan tersebut juga diiringi hiburan dari tim angklung dari MTsN dan paduan suara dari MAUWH

Sukses dan Selamat bagi para pemenang..
Lomba Kirab antar RIBATH :
     - Putra
       Juara 1 : PP. Al Wahabiyyah 01
       Juara 2 : PP. Bahrul Ulum Putra (INDUK)
     - Putri
       Juara 1 : PPP. Al Fathimiyyah
       Juara 2 : PPP. An Najiyyah

Lomba Madrasahku
      Juara 1 : MA - Bahrul Ulum
      Juara 2 : MA Unggulan Bahrul Ulum

Lomba Balon Hias Antar ORDA (ORGANISASI DAERAH)
      Juara 1 : CSPB
      Juara 2 : IKASABA_HARISMA

,,,  JAGAT BAHRUL ULUM BERGELORA ,,,

Opening Ceremony Al Haflatul Kubro 2018

Banyak orang beragama tapi agama agama justru menjadikannya semakin berutal. Ajaran agama yang dipegangnya menjadikannya semakin tak beradap. Dialah orang beragama tapi karena agamanya ia melupakan (sifat rahman) tuhannya. Mustofa Bisri atau Gus melalui puisinya telah memmberikan sindiran keras. Puisi itu layak kita renungkan.

Dulu agama menghancurkan berhala.
Kini agama jadi berhala. Tak kenal Tuhannya,yg penting agamanya.

Dulu orang berhenti membunuh karena agama.
Sekarang orang saling membunuh karena agama.
 
Dulu orang saling mengasihi karena beragama.
Kini orang saling membenci karena beragama.
Agama tak pernah berubah ajarannya dari dulu,Tuhan nya pun tak pernah berubah dari dulu.
Lalu yang berubah apanya?
Manusia nya?
 
Dulu orang belajar agama sebagai modal, untuk mempelajari ilmu lainnya.
Sekarang orang malas belajar ilmu lainnya, maunya belajar agama saja.
 
Dulu pemimpin agama dipilih berdasarkan kepintarannya,yg paling cerdas di antara orang2 lainnya,
Sekarang orang yg paling dungu yg tidak bisa bersaing dengan orang2 lainnya, dikirim untuk belajar jadi pemimpin agama.
 
Dulu para siswa diajarkan untuk harus belajar giat dan berdoa untuk bisa menempuh ujian.
Sekarang siswa malas belajar, tapi sesaat sebelum ujian berdoa paling kencang, krn diajarkan pemimpin agamanya untuk berdoa supaya lulus.
 
Dulu agama mempererat hubungan manusia dengan Tuhan.
Sekarang manusia jauh dari Tuhan karena terlalu sibuk dengan urusan2 agama.
 
Dulu agama ditempuh untuk mencari wajah Tuhan.
Sekarang agama ditempuh untuk cari muka di hadapan Tuhan.
 
Esensi beragama telah dilupakan. 
Agama kini hanya komoditi yg menguntungkan pelaku bisnis berbasis agama, karena semua yg berbau agama telah didewa-dewakan,tak kan pernah dianggap salah,tak pernah ditolak,dan jadi keperluan pokok melebihi sandang, pangan, papan.
 
Agama jadi hobi,tren, dan bahkan pelarian karena tak tahu lagi mesti mengerjakan apa.
Agama kini diperTuhan kan ,sedang Tuhan itu sendiri dikesampingkan.
Agama dulu memuja Tuhan.
Agama kini menghujat Tuhan.
 
Nama Tuhan dijual, diperdagangkan, dijaminkan, dijadikan murahan, oleh orang2 yg merusak, membunuh, sambil meneriakkan nama Tuhan.
Tuhan mana yang mengajarkan tuk membunuh? 
Tuhan mana yg mengajarkan tuk membenci?
 
Tapi manusia membunuh, membenci, mengintimidasi, merusak, sambil dengan bangga meneriakkan nama Tuhan, berpikir bahwa Tuhan sedang disenangkan ketika ia menumpahkan darah manusia lainnya.
 
Agama dijadikan senjata tuk menghabisi manusia lainnya. 
Dan tanpa disadari manusia sedang merusak reputasi Tuhan, dan sedang mengubur Tuhan dalam2 dibalik gundukan ayat2 dan
aturan agama.

Mari merenung bagaimana kita selama ini cara kita beragama dan bertuhan. 

Gus Mus : Ketika Agama Kehilangan Tuhan




KH. Abdul Fattah Hasyim dilahirkan di Kapas Jombang tepatnya pada tahun 1911 M. dan wafat lebih kurang 31 tahun yang lalu tepatnya pada hari Jumat Wage tanggal 27 April 1977 pukul 22.15 WIB di Tambakberas Jombang.

Ayahandanya bernama KH. Hasyim bin Kyai Idris dari Kapas, Jombang adalah seorang Kyai yang sangat digdaya, terkenal ilmu kanuragannya, wira’i dan ahli tirakat.

Sementara Ibunya bernama Fathimah putri KH. Hasbullah seorang dermawan yang kaya raya Pengasuh Pondok Pesantren Tambakberas, Ibu Nyai Fathimah adalah adik termuda dari seorang pendiri organisasi Nahdlatul Ulama’ KH. Abdul Wahab Hasbullah.

KH Abdul Fattah Hasyim merupakan putra pertama dari empat bersaudara, adik pertamanya bernama KH. Abdul Wajid kemudian Ibu Nyai Fatihah (istri KH. Nursalim, Mayangan) dan yang terakhir (saudara seayah beda Ibu) KH. Mohammad Faiq, Kedunglo, Kediri.

Silsilah keturunan KH. Abdul Fattah Hasyim dari ayah maupun ibu mempunyai jalur kenasaban (Intisab) sampai pada Pangeran Benowo, dari pangeran Benowo ke atas jalur keturunan bertemu langsung (muttashil) sampai pada Joko Tingkir ke atas lagi sampai Sultan Pajang (1570-1587 M.).

Setelah usianya sudah mencapai dewasa setelah beberapa tahun melakukan perjalanan intlektual (ngudi kaweruh babakan ilmu agomo) di beberapa Pondok Pesantren di pulau Jawa, tepatnya pada 1938 di usianya yang ke 27 KH. Abdul Fattah di jodohkan seorang gadis cantik yang bernama Musyarrofah, putri KH. Bisyri Sansuri pengasuh Pondok Pesantren Denanyar Jombang, suami dari ibu Nyai Khodijah yang merupakan kakak kandung Ibu Nyai Fathimah Ibunya KH. Abdul Fattah.

Buah dari perkawinan beliau dengan Ibu Nyai Musyarrofah melahirkan dua belas putra putri (tiga putra dan sembilan putri). Adapun keduabelas putra putri KH. Abdul Fattah adalah sebagai berikut:
1. Fathimah (Alm) meninggal di usia dua tahun
2. Mu’izah (Alm) mennggal di usia dua tahun
3. Nyai Hj. Nafisah Sahal, istri KH. Sahal Mahfudz (Pengasuh Pondok Pesantren Maslahul Huda Kajen Pati)
4. Nyai Hj. Hurriyah Jamal, istri KH. Djamaluddin Ahmad (Pengasuh Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin Bahrul Ulum Tambakberas Jombang)
5. Mahsunah (Alm) meninggal di usia bayi
6. Nyai Hj. Muthmainnah Sulthon, nama aslinya Kholishoh, Istri KH. Sulthon Abdul Hadi (Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikmah Bahrul Ulum Tambakberas Jombang)
7. Hubby Syauqi (alm.), ayahanda Agus Jabbar Hubbi (Pengasuh Pondok Pesantren Al Hidayah Bahrul Ulum)
8. Nyai Hj. Lilik Muhibbah, istri KH. Masduqi Amin (Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Gedongan Cirebon)
9. KH. Abdul Nashir (Pengasuh Pondok Pesantren Al Fathimiyyah dan Pengasuh Pondok Induk Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas)
10. KH. Ah. Taufiqurrahman (Pengasuh Pondok Pesantren Ar-Roudloh Bahrul Ulum Tambakberas Jombang)
11. Nyai Hj. Syafiyah, nama aslinya adalah Makiyyah istri Dr.Yahya Ja’far (Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikmah Al-Fathimiyyah Dinoyo Malang)
12. Bani meninggal ketika masih kecil

KH. ABDUL FATTAH HASYIM, Bapak Pendidikan PP. Bahrul Ulum (Pengasuh Kelima)

Subscribe Our Newsletter